LPekanbaru, – Dua mahasiswa asal Kabupaten Pelalawan menyampaikan kekecewaan mereka kepada Gubernur Riau, Abdul Wahid, terkait kurangnya perhatian pemerintah dalam menangani banjir yang kembali melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Pelalawan.
Kekecewaan ini mereka ungkapkan melalui aksi damai dengan membawa karton bertuliskan “Riau Bermarwah, Pelalawan Berkuah.” Minggu (9/3).
Rorin Ardiansyah, salah satu mahasiswa yang juga merupakan warga asli Pelalawan, menyatakan bahwa banjir yang melanda daerah tersebut telah menjadi masalah serius dalam dua tahun terakhir.
Jika sebelumnya banjir hanya terjadi sekali dalam lima tahun, kini bencana tersebut terjadi lebih sering dalam setahun.
“Dulu banjir di Pelalawan ini terjadi paling banyak sekali dalam lima tahun. Tapi sekarang, dalam dua tahun terakhir, banjir terjadi hampir setiap dua bulan sekali. Ini jelas menunjukkan ada yang salah dalam pengelolaan lingkungan dan sistem pengendalian air,” ujar Rorin.
Rorin juga bilang bahwa dampak luas yang ditimbulkan oleh banjir ini. Menurutnya, banjir tidak hanya merusak sektor ekonomi masyarakat, tetapi juga mengganggu akses pendidikan anak-anak dan membahayakan kesehatan warga.
Kondisi ini semakin memperburuk kehidupan masyarakat Pelalawan yang sebelumnya sudah menghadapi berbagai permasalahan ekonomi.
Mahasiswa tersebut juga menuding adanya kelemahan dalam pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang yang dianggap tidak lagi berfungsi dengan baik dalam mengendalikan debit air.
Mereka meminta Gubernur Abdul Wahid untuk segera mengambil tindakan tegas terkait masalah ini.
“Kami meminta Gubri Abdul Wahid untuk mengusut tuntas pengelolaan dan manajemen PLTA Koto Panjang. Jangan sampai masyarakat terus-menerus menjadi korban karena kelalaian dalam pengelolaan lingkungan dan infrastruktur,” tegas Rorin memungkasi.