Istana Asserayah Alhasyimiah (istimewa).
SIAK -Tak banyak yang tahu, ternyata di istana Siak terdapat sebuah sumur yang melegenda, sumur tua tersebut sudah berusia seratus tahun lebih.
Sumur tua yang berada di belakang bangunan Istana Siak menjadi salah satu objek yang diburu wisatawan. Air sumur dianggap suci dan berkhasiat, bahkan dipercaya bisa menjadi obat serta untuk membuka aura positif.
Letak sumur tidak jauh dari bangunan utama Istana Asserayah Alhasyimiyah, berjarak 4 meter dari pintu belakang. Wisatawan bisa mengaksesnya dari samping karena pintu belakang istana tidak dibuka untuk umum.
Bagi yang tahu ceritanya, wisatawan selalu datang ke sumur ini. Mereka mengambil air untuk sekadar mencuci muka. Bahkan dipercaya lebih manjur sebagai pembuka aura positif dan awet muda jika air digunakan untuk berwuduk.
“Airnya tidak terlalu jernih namun bersih dan sejuk. Beda dengan air sungai, cenderung coklat, padahal ini jaraknya sangat dekat. Lagian air sumur ini juga banyak,” kata Resa, wisatawan asal Pekanbaru yang berkunjung ke Istana Siak, Rabu (19/6/2024).
Resa datang bersama keluarganya ke Siak untuk mengisi liburan pendek. Apalagi jarak Pekanbaru-Siak bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor selama 2,5 jam. Tak heran bila banyak warga Pekanbaru dan sekitarnya datang pagi pulang sore ke Siak.
“Tujuan kami memang ke istana Siak, setelah berwuduk di sumur ini kami akan bercermin di cermin permaisuri di dalam istana Siak,” ujar Resa.
Tidak hanya itu, Resa juga membawa air sumur menggunakan botol minuman. Katanya, menggunakan air sumur sungai Siak ini untuk mencuci muka pada subuh nanti.
“Percaya tidak percaya, tapi airnya benar-benar menyejukkan muka. Jadi kan tidak ada salahnya diniatkan dengan baik,” tambahnya.
Resa merasa nyaman dan plong begitu selesai mencuci muka dengan air sumur. Ia juga mengaku mukanya terasa sangat segar setelah membasuh muka. Mungkin hal itulah dimaknai sebagai pembuka aura positif.
Pemandu senior Istana Siak, Taufik tidak heran melihat perilaku Resa. Sebab, sumur tua di Istana Siak salah satu bagian terpenting dari banyak mitologi yang terbangun di Istana Siak. Justru hal tersebut positif untuk perkembangan kepariwisataan.
“Banyak wisatawan datang membawa botol kosong, pulang membawa air sumur ini,” kata Taufik kala berbuncing dengan Tribunpekanbaru.com.
Ia memaparkan, pada 7 Juni 2024 lalu, Polda Riau juga mengambil air sumur Istana Siak ini. Mereka menamakan pengambilan air suci untuk pencucian panji-panji Tribrata dan petaka Polda Riau. Sedikitnya ada 2 kendi air sungai dibawa ke Pekanbaru.
“Proses pengambilannya pakai upacara lagi, karena menganggap air suci untuk pencucian panji Tribrata dan petaka Polda Riau,” ujar Taufik.
Sumur tua tersebut lebih dahulu dibangun dari Istana Siak. Usia sumur lebih tua dari Istana. Sebelum istana dibangun, sumur digali terlebih dahulu. Air sumur ini juga dipakai untuk pembangunan gedung istana Siak.
“Ya, ini sumur pertama yang dibangun Sultan, yang kemudian menjadi sumber air bersih bagi keluarga besar istana bahkan bagi masyarakat Siak,” katanya.
Istana mulai dibangun pada 1889 semasa kepemimpinan Sultan Syarif Hasyim atau sultan Siak ke -11. Sementara sumur dibangun sekitar 1888, sebagai sumber kehidupan, serta air baku untuk pembangunan gedung Istana.
Taufik berkisah, selama lebih kurang 135 tahun umur sumur ini, belum pernah mengalami kekeringan sekalipun. Meskipun pada saat musim kemarau.
“Palingan hanya susut, itupun tidak signifikan, masih bisa diambil air tersebut,” katanya.
Hingga saat ini, pengelola istana tidak pernah memungut biaya kepada wisatawan yang membawa air sumur Istana pulang. Padahal hampir setiap hari wisatawan membawa air sumur tua itu pulang.
“Kalau niatnya baik, insyaallah khasiatnya baik, jadi kita berbaik sangka saja mudah-mudahan air sumur istana ini mujarab untuk mengobati penyakit, sebagaimana dipercaya wisatawan,” katanya.
Dalam sumur tua istana Siak lebih kurang 6 meter.
Sumur tersebut merupakan sumur biasa namun menjadi sumber air minum dan air mandi sultan Siak.
Siak pernah dilanda kemarau panjang yang membuat sumur -sumur warga mengering. Namun, sumur Sultan tersebut tetap mempunyai debit air yang cukup.
“Maka warga waktu itu mengambil air di sumur istana ini,” kata Taufik.
Pengelola istana selalu menyediakan ember di dekat sumur untuk mengangkat airnya. Tujuannya supaya pengunjung bisa mengambil airnya dengan leluasa.